Minggu, 07 April 2013

Permasalahan Ekonomi di Indonesia


Ini Kelemahan Ekonomi Indonesia sejak Orde Baru
Penulis : Didik Purwanto | Rabu, 28 November 2012 | 12:15 WIB



KOMPAS/RIZA FATHONIGubernur Bank Indonesia Darmin Nasution

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia (BI) menilai kelemahan ekonomi Indonesia memiliki sebab, bahkan sejak zaman orde baru. Hal itu adalah ketidakseimbangan antara sisi internal dan eksternal perekonomian Tanah Air.
"Kuncinya di internal cukup bagus, tapi dari eksternalnya kita masih lemah. Bahkan sejak orde baru, kelemahan itu sudah eksis. Kita belum mampu mengatasinya," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di acara Kompas100 Forum "CEO Bicara Kabinet Mendengar: Tumbuh Lebih Tinggi atau Stagnan" di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (28/11/2012).
Menurut Darmin, kondisi perekonomian dari sisi internal ini diukur, baik dari sisi inflasi maupun kesempatan kerja. Di sini, baik nilai inflasi maupun kesempatan kerja masyarakat Indonesia dinilai masih bagus. Namun dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh neraca pembayaran yang masih belum stabil.
"Pertumbuhan ekonomi tinggi itu selalu dibarengi oleh neraca pembayaran yang surplus. Kita belum mampu atasi itu," tambahnya.
Darmin menyebutkan, Indonesia harus bisa mencontoh China. Di negeri tirai bambu tersebut, mereka bisa bertahan selama 30 tahun terakhir tanpa mengalami kelemahan struktural karena China tidak memiliki kelemahan seperti Indonesia tadi.
Menurut Darmin, ekonomi Indonesia masih mirip dengan India. Sebab, kedua negara ini juga sama-sama menerapkan pola ekonomi yang hampir sama. "Indonesia dan India itu sama, mereka juga repot, khususnya untuk keluar dari kelemahan ini," ungkapnya.
Solusinya, kata Darmin, pemerintah harus segera menyelesaikan sumber kelemahan itu. Selama ini, masyarakat kita selalu fokus ke sektor primer, pertambangan, dan industri. Namun, sektor ini sebenarnya masih memerlukan bahan baku yang selalu impor. "Ini yang jadi persoalan," ungkapnya.
Darmin menilai bahwa harus ada pelaku wirausaha lokal yang masuk di bisnis bahan baku, bahan penolong, atau bahan modal yang khususnya bisa dipakai di industri dalam negeri. Dengan demikian, hal ini akan mengurangi ketergantungan industri terhadap impor.
Solusi kedua, pemerintah dinilai masih terlambat dalam mengatur bahan bakar minyak (BBM). "Soal BBM, ini bukan soal pemakaian yang berlebih, melainkan sebagian besar subsidi BBM justru digunakan oleh kelas menengah yang jumlahnya besar. Mereka yang pakai itu," katanya.


Kesimpulan : 

Bahwa pada dasarnya perekonomian di Indonesia masih sangat kurang stabil, dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara sisi internal dan eksternal perekonomian Tanah Air. Indonesia harus mampu keluar dari kelemahannya agar dapat menstabilkan perekonomian Indonesia. Pemerintah harus mencari jalan keluar, agar masyarakat tidak selalu terfokus pada SDA yang bahan bakunya selalu di impor, tetapi bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan SDA yang tersedia di Indonesia agar bernilai ekspor. Pemerintah juga harus memfokuskan pada para wirausaha agar mempergunakan bahan baku padat karya,sehingga menekan angka impor. Lalu pemerintah harus lebih tegas dalam mengatur pembatasan penggunaan BBM bersubsidi. Dengan begitu pemerintah dapat menstabilkan perekonomian Indonesia secara perlahan-lahan.

Sumber :





1 komentar: